Minggu, 28 Desember 2014

MovieTalk - Pengalaman Kedua Kali




Beberapa waktu yang lalu, ketika lagi leye-leye tidak jelas di kantor (ya, saya sudah jadi orang kantoran sekarang :D. Makanya blog ini makin hari, makin “sederhana” saja isinya), saya membaca satu artikel yang sangat menarik di provoke-online.com. Artikelnya ditulis oleh Candra Aditya, seorang reviewer film. Artikelnya bisa anda baca disini..

Artikel itu membahas tentang pengalaman si penulis dalam menonton film yang sama setelah ditonton sebanyak dua kali. Di dalam artikel dia membandingkan pengalaman pertama dan pengalaman kedua setelah menonton film tersebut. Sangat menarik, dan saya pun tertarik untuk menulis artikel yang sama di blog ini.

Jadi, ini dia film yang memberikan saya pengalaman berbeda setelah menonton film yang sama untuk kedua kalinya..


The Dark Knight


Pengalaman menonton pertama kali:
Pertama kali saya menonton film ini pada tahun 2009 lewat sebuah DVD bajakan. Waktu itu saya masih kelas 2 SMA dan masih belum mengerti apa-apa tentang film. Saya membeli DVD itu karena cinta mati saya pada karakter komik Batman, dan setelah dikecewakan oleh film Batman Begins yang membuat saya mengernyitkan alis dan bilang “film apa ini??” setelah menontonnya di HBO, saya menaruh ekspektasi yang cukup tinggi pada The Dark Knight dan berharap bapak-bapak pembuat Batman Begins (yang belakangan menjadi orang yang paling saya kagumi film karyanya) menebus kesalahannya di film pertama.

Nyatanya, film The Dark Knight malah lebih absurd dari Batman Begins. Saya tidak paham dengan cerita filmnya yang berbelit-belit, karakter Joker yang sangat berbeda dari yang saya bayangkan, dan yang pasti membuat saya kecewa adalah kurang gregetnya aksi yang saya dapatkan di film The Dark Knight. Pada waktu itu, saya sudah merasa membuang waktu saya selama 2 jam dan membuang uang Rp. 8000 untuk sebuah karya yang saya anggap pada waktu itu gagal total.

Pengalaman menonton kedua kali:
Saya menonton The Dark Knight kedua kalinya pada tahun 2010, sekitar setahun setelah saya beli DVD bajaknnya. Saya lupa hari dan tanggal berapa saya menonton ulang fim The dark Knight itu, tapi yang jelas saya menonton film itu pas saat saya sedang makan siang sendirian di kamar. Saya yang tadinya mau makan dengan khusyuk sambil nonton, berbalik menjadi serius untuk menatap layar televisi. Entah karena sudah mulai dewasa (saat itu saya sudah lulus SMA) atau karena sudah terbiasa karena keseringan nonton film di HBO kalau pulang sekolah, yang jelas saya jadi paham betul isi film dari The Dark Knight.

Film The Dark Knight adalah film Batman paling sempurna yang saya nonton, setidaknya dari segi cerita. Perlu saya akui untuk menonton filmnya kita harus sedikit memutar otak, namun ketika anda mengerti ceritanya, anda akan terbawa dan membuat durasinya yang 2 jam itu terasa sangat sedikit. Selain segi cerita, karakter yang dibangun sang kreator, Christopher Nolan, memang sangat kuat. Terutama untuk karakter The Joker.

Dulu saya menganggap The Joker adalah karakter penjahat konyol yang tidak bisa apa-apa selain menembak dan berbuat jahat. Asumsi saya ini mungkin karena referensi mengenai Joker hanya saya dapat melalui kartun dan film Batman nya Michael Keaton tahun 1989. Namun setelah menonton The Dark Knight, saya jadi paham betul kenapa selama ini Batman selalu kesulitan untuk menghadapi seseorang yang bernama Joker. The Joker adalah sosok yang membuat saya mengerti apa arti dari psikopat. Nekat dan tanpa aturan namun punya rencana yang sangat sempurna. Jika anda penggemar Sherlock Holmes dan menganggap bahwa Professor James Moriarty adalah lawan terberatnya, tunggu sampai Holmes bertemu dengan The Joker.


Terlepas dari saya memang penggemar Batman, The Dark Knight akan selalu menjadi film nomor satu dalam daftar film-film favorit saya. Mungkin inilah salah satu film (selain Reservation Road dan Street Kings yang akan saya bahas selanjutnya) yang telah mengubah secara drastis cara pandang saya dalam menonton film. Selain itu, orang yang tadinya saya anggap sebagai pengahancur film Batman, yaitu Christopher Nolan menjadi salah satu orang yang paling saya kagumi karyanya. Saya sudah hampir menonton semua karyanya, selain Insomnia dan Following, dan tak ada satupun dari filmnya yang membuat saya kecewa, bahkan untuk Batman Begins yang awalnya membuat saya kecewa. Yang terakhir kemarin adalah Interstellar yang betul-betul epic dan membuat saya tidak merasa rugi membuang uang 35.000 rupiah dan waktu saya selama hampir tiga jama dalam bioskop.


Street Kings


Pengalaman menonton pertama kali:
Sama dengan The Dark Knight, film ini saya tonton pada tahun 2009 lewat sebuah DVD bajakan yang kebetulan juga saya beli bersamaan dengan DVD bajakan The Dark Knight tadi. Saya tertarik nonton karena filmnya memang film action dan saya pada waktu itu memang sangat suka film tembak-tembakan ala Steven Seagel. 


Pengalaman pertama menonton film Street Kings yang jelas membuat saya terpuaskan. Meskipun tidak begitu paham dengan jalan ceritanya yang lumayan njelimet seperti The Dark Knight, adegan tembak-tembakan difilmnya setidaknya bisa membuat saya terhibur dan merasa telah menjadi laki-laki sejati. Yeaaahhh...!!!

Pengalaman menonton kedua kali:
Pengalaman kedua menonton film Street Kings saya dapatkan ketika saya tidak bisa tidur setelah menyelesaikan tugas kuliah pada tahun 2012. Waktu itu filmnya ditayangkan di RCTI sekitar pukul 2 malam. Dari pengalaman menonton kedua kalinya itu saya jadi paham betapa film ini lebih dari sekedar film action. Street kings merupakan sebuah film drama yang dibalut dengan action yang sangat apik. Keresahan David Ayer, sang sutradara, mengenai korupsi dalam tubuh kepolisian LAPD  sangat terasa dalam film sehingga film ini memiliki value lain dari sekedar adegan tembak-tembakan. Setelah searching di google mengenai David Ayer, saya pun tahu kalau dia menjadi penulis naskah dari film Training Day, film yang membuat Denzel Washington meraih Oscar sebagai aktor terbaik.

 
Meskipun film ini mendapat kritik kurang memuaskan di beberapa situs review film seperti IMDB dan Rotten Tomattoes karena hampir menjiplak 70 persen plot cerita dari Training Day (yang baru saya tonotn beberapa hari yang lalu), namun film Street Kings telah mengubah cara pandang saya dalam menonton film action dan menobatkan David Ayer sebagai sutradara film action favorit saya.
Makanya ketika kemarin tidak sempat menonton Fury di bioskop, saya menjadi sangat kecewa. Meskipun begitu, saya rasanya sangat tidak sabar untuk menonton film Suicide Squad buatannya pada tahun 2016 nanti. Setidaknya saya ingin membandingkan The Joker buatan David Ayer dengan The Joker buatan Christopher Nolan.

Itulah tadi film-film yang memberikan saya pengalaman berebeda setelah menonton kedua kalinya. Bagaimana dengan anda?? adakah film yang memberikan anda pengalaman yang berbeda setelah menonton film tersebut untuk kedua kalinya??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar disini..!!!!