Beberapa waktu
yang lalu, ketika lagi leye-leye tidak jelas di kantor (ya, saya sudah jadi
orang kantoran sekarang :D. Makanya blog ini makin hari, makin “sederhana” saja
isinya), saya membaca satu artikel yang sangat menarik di provoke-online.com. Artikelnya ditulis oleh Candra Aditya, seorang
reviewer film. Artikelnya bisa anda baca disini..
Artikel itu
membahas tentang pengalaman si penulis dalam menonton film yang sama setelah
ditonton sebanyak dua kali. Di dalam artikel dia membandingkan pengalaman
pertama dan pengalaman kedua setelah menonton film tersebut. Sangat menarik,
dan saya pun tertarik untuk menulis artikel yang sama di blog ini.
Jadi, ini
dia film yang memberikan saya pengalaman berbeda setelah menonton film yang
sama untuk kedua kalinya..
The Dark
Knight
Pengalaman menonton
pertama kali:
Pertama kali
saya menonton film ini pada tahun 2009 lewat sebuah DVD bajakan. Waktu itu saya
masih kelas 2 SMA dan masih belum mengerti apa-apa tentang film. Saya membeli
DVD itu karena cinta mati saya pada karakter komik Batman, dan setelah
dikecewakan oleh film Batman Begins yang membuat saya mengernyitkan alis dan
bilang “film apa ini??” setelah menontonnya di HBO, saya menaruh ekspektasi
yang cukup tinggi pada The Dark Knight dan berharap bapak-bapak pembuat Batman
Begins (yang belakangan menjadi orang yang paling saya kagumi film karyanya)
menebus kesalahannya di film pertama.
Nyatanya,
film The Dark Knight malah lebih absurd dari Batman Begins. Saya tidak paham
dengan cerita filmnya yang berbelit-belit, karakter Joker yang sangat berbeda
dari yang saya bayangkan, dan yang pasti membuat saya kecewa adalah kurang
gregetnya aksi yang saya dapatkan di film The Dark Knight. Pada waktu itu, saya
sudah merasa membuang waktu saya selama 2 jam dan membuang uang Rp. 8000 untuk
sebuah karya yang saya anggap pada waktu itu gagal total.
Pengalaman
menonton kedua kali:
Saya menonton
The Dark Knight kedua kalinya pada tahun 2010, sekitar setahun setelah saya
beli DVD bajaknnya. Saya lupa hari dan tanggal berapa saya menonton ulang fim
The dark Knight itu, tapi yang jelas saya menonton film itu pas saat saya
sedang makan siang sendirian di kamar. Saya yang tadinya mau makan dengan
khusyuk sambil nonton, berbalik menjadi serius untuk menatap layar televisi. Entah
karena sudah mulai dewasa (saat itu saya sudah lulus SMA) atau karena sudah terbiasa
karena keseringan nonton film di HBO kalau pulang sekolah, yang jelas saya jadi
paham betul isi film dari The Dark Knight.
Film The
Dark Knight adalah film Batman paling sempurna yang saya nonton, setidaknya
dari segi cerita. Perlu saya akui untuk menonton filmnya kita harus sedikit
memutar otak, namun ketika anda mengerti ceritanya, anda akan terbawa dan membuat
durasinya yang 2 jam itu terasa sangat sedikit. Selain segi cerita, karakter
yang dibangun sang kreator, Christopher Nolan, memang sangat kuat. Terutama
untuk karakter The Joker.
Dulu saya
menganggap The Joker adalah karakter penjahat konyol yang tidak bisa apa-apa
selain menembak dan berbuat jahat. Asumsi saya ini mungkin karena referensi
mengenai Joker hanya saya dapat melalui kartun dan film Batman nya Michael
Keaton tahun 1989. Namun setelah menonton The Dark Knight, saya jadi paham
betul kenapa selama ini Batman selalu kesulitan untuk menghadapi seseorang yang
bernama Joker. The Joker adalah sosok yang membuat saya mengerti apa arti dari
psikopat. Nekat dan tanpa aturan namun punya rencana yang sangat sempurna. Jika
anda penggemar Sherlock Holmes dan menganggap bahwa Professor James Moriarty adalah
lawan terberatnya, tunggu sampai Holmes bertemu dengan The Joker.
Terlepas
dari saya memang penggemar Batman, The Dark Knight akan selalu menjadi film
nomor satu dalam daftar film-film favorit saya. Mungkin inilah salah satu film
(selain Reservation Road dan Street Kings yang akan saya bahas selanjutnya) yang
telah mengubah secara drastis cara pandang saya dalam menonton film. Selain itu,
orang yang tadinya saya anggap sebagai pengahancur film Batman, yaitu Christopher
Nolan menjadi salah satu orang yang paling saya kagumi karyanya. Saya sudah
hampir menonton semua karyanya, selain Insomnia dan Following, dan tak ada satupun
dari filmnya yang membuat saya kecewa, bahkan untuk Batman Begins yang awalnya
membuat saya kecewa. Yang terakhir kemarin adalah Interstellar yang betul-betul
epic dan membuat saya tidak merasa rugi membuang uang 35.000 rupiah dan waktu
saya selama hampir tiga jama dalam bioskop.
Street Kings
Pengalaman menonton
pertama kali:
Sama dengan
The Dark Knight, film ini saya tonton pada tahun 2009 lewat sebuah DVD bajakan
yang kebetulan juga saya beli bersamaan dengan DVD bajakan The Dark Knight
tadi. Saya tertarik nonton karena filmnya memang film action dan saya pada
waktu itu memang sangat suka film tembak-tembakan ala Steven Seagel.
Pengalaman pertama
menonton film Street Kings yang jelas membuat saya terpuaskan. Meskipun tidak
begitu paham dengan jalan ceritanya yang lumayan njelimet seperti The Dark
Knight, adegan tembak-tembakan difilmnya setidaknya bisa membuat saya terhibur
dan merasa telah menjadi laki-laki sejati. Yeaaahhh...!!!
Pengalaman
menonton kedua kali:
Pengalaman kedua
menonton film Street Kings saya dapatkan ketika saya tidak bisa tidur setelah
menyelesaikan tugas kuliah pada tahun 2012. Waktu itu filmnya ditayangkan di
RCTI sekitar pukul 2 malam. Dari pengalaman
menonton kedua kalinya itu saya jadi paham betapa film ini lebih dari sekedar film
action. Street kings merupakan sebuah film drama yang dibalut dengan action
yang sangat apik. Keresahan David Ayer, sang sutradara, mengenai korupsi dalam
tubuh kepolisian LAPD sangat terasa dalam film sehingga film ini memiliki value lain dari sekedar adegan tembak-tembakan. Setelah
searching di google mengenai David Ayer, saya pun tahu kalau dia menjadi
penulis naskah dari film Training Day, film yang membuat Denzel Washington
meraih Oscar sebagai aktor terbaik.
Meskipun film
ini mendapat kritik kurang memuaskan di beberapa situs review film seperti IMDB
dan Rotten Tomattoes karena hampir menjiplak 70 persen plot cerita dari
Training Day (yang baru saya tonotn beberapa hari yang lalu), namun film Street
Kings telah mengubah cara pandang saya dalam menonton film action dan
menobatkan David Ayer sebagai sutradara film action favorit saya.
Makanya ketika
kemarin tidak sempat menonton Fury di bioskop, saya menjadi sangat kecewa. Meskipun
begitu, saya rasanya sangat tidak sabar untuk menonton film Suicide Squad
buatannya pada tahun 2016 nanti. Setidaknya saya ingin membandingkan The Joker
buatan David Ayer dengan The Joker buatan Christopher Nolan.
Itulah tadi
film-film yang memberikan saya pengalaman berebeda setelah menonton kedua
kalinya. Bagaimana dengan anda?? adakah film yang memberikan anda pengalaman
yang berbeda setelah menonton film tersebut untuk kedua kalinya??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berkomentar disini..!!!!