Terik matahari membuat Tio bermalas-malasan di dalam
kamar kosannya siang itu. Dia tiduran di kasur tipis yang digelar di lantai
sambil ditemani dengan kipas angin murahan yang diameternya hanya sebesar
telapak tangan.
Pria berusia 25 tahun ini sudah hampir setahun
menganggur. Tidak seperti teman seangkatannya yang menyebar CV mereka
kemana-mana, Tio cenderung malas dan baru memberikan lamaran pekerjaannya pada
satu perusahaan saja. Sampai sekarang lamaran yang dia kirimkan itu tak berbuah
panggilan psikotes ataupun wawancara.
Jika malas adalah kata yang bisa menggambarkan Tio,
maka Boros adalah kata kedua yang sangat menggambarkan dirinya. Tiap bulan Tio
selalu saja punya Action Figure yang baru. Perlu ditekankan, Action Figure ini
bukanlah mainan yang sering kita lihat di toko-toko mainan, tapi Action Figure
yang dijual online dimana barang tersebut dijual dengan memakai label harga
dollar.
Meskipun terhitung orang yang boros, dia ternyata
masih bisa hidup dibelantara kota yang mana biaya hidupnya cukup mencekik
leher. Hal ini dikarenakan Tio memiliki 3 sumber dana tak terbatas. Yang
pertama, tentunya dari kiriman orang tua tiap bulan. Kiriman orang tua ini
adalah modal awal dari Tio dalam membeli Action Figure yang berlabel harga
dollar itu. Meskipun Ibunya selalu menanyakan kapan dia diterima kerja, Tio
tetap punya alasan yang tepat untuk mengelak dan dana tetap terkucur deras ke
rekening pribadinya.
Sumber dana yang kedua adalah penjualan buku-buku
kuliah. Tio memiliki jiwa bisnis yang cukup mumpuni. Dia jeli melihat peluang
bisnis dari tumpukan-tumpukan buku bekas dalam kamarnya. Dia menjual buku-buku
yang dia pakai kuliah itu ke junior-juniornya di kampus dengan harga yang bersaing
dengan di toko buku, padahal yang dia jual cuma buku fotokopian. Meskipun
begitu, bukunya tetap laku keras. Tentunya dengan taktik intimidasi senior.
Uang yang dia dapatkan dari menjual buku bekas itu biasanya dia pakai untuk
membayar uang kos yang kadang menunggak hingga beberapa bulan lamanya.
Sumber dana ketiga dan yang tak kalah pentingnya
adalah dari sang pacar. Pacar Tio bernama Sissy dan sebagai informasi, Sissy
ini memiliki paras yang mirip dengan Mikha Tambayong. Entah pelet apa yang
dipakai Tio untuk medapatkan cewek secantik dan setahan itu menghadapi Tio yang
borosnya minta ampun, namun Sissy ini sangat sayang dan perhatian kepadanya.
Terbukti selama hampir 2 tahun, Sissy selalu menjadi ATM berjalan Tio untuk
urusan makanan.
***
Ponsel Tio berbunyi. Dia membongkar-bongkar
bantalnya, berusaha menemukan sumber suara yang ternyata ada di balik bantal
yang dia tiduri tadi.
“Halo?” sahut Tio menjawab telepon dari orang yang
tidak dia kenal nomornya itu.
“Halo, Ini Tio kan?”
“Iya. Siapa ya?”
“Fiko. Akuntansi 2010.” Jawab pria yang ada
diseberang telepon sana memperjelas siapa dirinya.
“Oh, Fiko. Fiko gendut ya?”
“Iya” jawab Fiko sedikit gondok.
“Sudah lama ya kita nggak ketemu. Gimana kabarmu
sekarang.”
“Baik. Tangan sama kaki masih utuh”
“Hahahaha” balas Fiko dengan tawa yang agak
dipaksakan. “Kalau Action Figure gimana? Masih utuh juga?”
“Masih, malah tambah banyak kayaknya”
“Ngomong-ngomong kamu kenapa nelpon? Ada perlu apa
ya?” lanjut Tio.
“Oh, gini sob, aku dengar kamu masih sama sissy.”
“Ya, terus?” balas Tio bingung.
“Boleh pinjam
Sissy nggak buat diajak ke acara nikahan besok?”
Tio menjauhkan ponsel dari telinganya. Dahinya
sedikit mengerut dan alisnya naik sambil menatap layar ponsel.
‘Ini anak maunya apa
sih?’
gumam Tio dalam hati.
“Halo? Tio?”
“Sori, gimana
tadi” Tio membalas dengan nada bingung.
“Jadi gini saya mau pinjam Sissy buat temani saya ke
acara nikahan keluarga besok” Fiko memperjelas alasnnya. “sehari aja. Oke bro?”
“Tapi kenapa harus Sissy sih?” tanya Tio tak mau
pacarnya jatuh ke makhluk yang ada di ujung telepon sana.
“Kemarin kan saya lihat-lihat foto Facebook Sissy.
Sepupu saya datang dan bertanya itu foto siapa. Refleks aja aku bilang itu foto
pacarku dan dia nantangin supaya saya bawa Sissy ke acara pernikahan kakaknya
besok.”
Tio terdiam bingung. Mukanya random. Dalam hati dia
gondok ‘itu urusan lo, gendut! Lagian
kenapa juga si gendut ini lihat-lihat foto Sissy di Facebook ,sih?
Jangan-jangan dia malah punya banyak foto Sissy di ponselnya.’
“Oi, bro! Gimana?” sahut Fiko setengah teriak.
Menyadarkan Tio dari pikiran gondoknya.
“gimana apanya?” jawab Tio dengan sedikit emosi.
“atau gini deh, gimana kalo aku sewa dia sehari”
Tio bergumam lagi ‘ini anak kebanyakan makan mecin barangkali’.
“sejuta untuk sehari, gimana?”
Tio tersadar. Otaknya mengambil alih hatinya. Dia
tahu betul bahwa Tio adalah anak orang kaya. Yang seperti ini bagaikan beli
permen sugus baginya.
“Dua Juta deh, gimana?”
Tawaran Fiko semakin naik. Tio meletakkan ponsel di
dadanya. Otak Tio semakin mengambil alih. Matanya melirik Action Figure
Kura-kura Ninjanya yang masih kekurangan karakter Raphael. Tio refleks menaruh
ponsel di telinganya.
“Oke deh.” sahut Tio dengan mantap.
“Nah, sip. Besok kita ketemu di kafe Gardo dekat kos
mu saja jam 10 pagi. Nanti aku jemput Sissy di sana sekalian. SMS juga nomor
rekening mu dan langsung aku kirim uangnya.”
Seakan terhipnotis, Tio mengirim nomor rekeningnya
ke Fiko. Beberapa saat kemudian Fiko membalas kalau uangnya sudah masuk. Tio
meluncur dengan semangat juang kemerdekaan menuju ATM dan menemukan saldo
rekeningnya sudah bertambah dua juta. Tio merasa riang gembira. Dia tidak sadar
kalau dia sudah menjual jiwanya kepada setan.
***
Keesokan harinya, jam setengah sepuluh pagi Tio dan
Sissy duduk di kafe Gardo. Kafe yang tidak jauh dari tempat kos Tio dan juga
akan tempat transaksi haram Tio dengan Fiko.
“Tumben kamu ajak aku kemari, mau minta di traktir
lagi?” tanya Sissy membuka percakapan pagi itu.
“Ah, nggak. Justru aku yang mau traktir kamu. Pesan
saja yg kamu suka”
Beberapa menit kemudian, Fiko muncul. Dia
menganggukkan kepala sambil tersenyum, memberi kode kepada Tio, namun hanya
dibalas dengan muka datarnya. Fiko duduk di dekat pintu dan terus menatap kedua
pasang kekasih itu, terutama Sissy.
“kita kemari sebenarnya mau bikin apa sih?” Sissy
kembali bertanya. Tio dan Sissy selama mereka berpacaran, mereka tidak pernah
datang ke tempat seperti ini.
Tio berpikir inilah saatnya untuk mengatakan yang
sejujurnya.
“Jadi begini...” Tio menghentikan kalimatnya.
Tio terdiam. Dia menatap mata wajah pacarnya yang
mirip Mikha Tambayong itu. Entah mengapa pikiran setannya kemarin tiba-tiba
berganti dengan perasaan sayangnya pada Sissy. Dia sangat tahu bahwa Sissy
sangat sayang padanya. Sangat jarang ada perempuan yang akan tahan dengan
perilaku boros dan urakannya, namun dia bisa bertahan selama dua tahun lebih
dan Tio tak ingin merusak itu. Ditambah lagi bayangan bahwa sangat memungkinkan
dia ditampar di muka umum kalau dia mengatakan soal perjanjiannya dengan Fiko
kemarin kepada Sissy. Tio pun mengurungkan niatnya.
Tiba-tiba Tio beranjak dari kursi. Dia berjalan
meninggalkan Sissy menuju meja tempat Fiko menyesap kopi panas. Tio mengambil
dompet dari saku dan mengeluarkan uang
senilai dua juta rupiah yang dia taruh tepat di samping cangkir kopi Fiko. Fiko
menatap bengong ke arah Tio yang berdiri tepat di sampingnya.
“Bisnis kita batal!”
Fiko masih bengong menatap Tio.
“Dan satu lagi bro” sahut Tio sambil sedikit
menunduk. Dia memegang pundak Fiko sambil berbisik.
“Kurangi makan mi instan. Banyak mecinnya.”
Tio pergi meninggalkan Fiko yang tetap masih
bengong.
“Eh, tadi itu Fiko gendut kan?” tanya Sissy saat Tio
sampai dan kembali duduk berhadapan dengannya.
“Iya. Tadi dia minta kopian file film.”
“Oh, jadi tadi mau ngomongin apa?” tanya Sissy yang
masih penasaran dengan kalima Tio yang terpotong tadi.
“Nggak jadi, pulang yuk.”
Sissy menerima jawaban aneh pacarnya itu dan berdiri
dari kursinya.
“Eh, bisa minta tolong bayar nasi goreng sama jus
jeruknya?” sahut Tio dengan perasaan tak bersalah dan di balas dengan muka
datar dari sang pacar.
Tio hanya membalas dengan senyumannya.
***
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen “Pilih Mana: Cinta Atau Uang?” #KeputusanCerdas yang diselenggarakan oleh www.cekaja.com danNulisbuku.com
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen “Pilih Mana: Cinta Atau Uang?” #KeputusanCerdas yang diselenggarakan oleh www.cekaja.com danNulisbuku.com